Minggu, 12 Februari 2017

Berpegang Pada Rahasia Allah

0 komentar

   Kita hidup menanggung RAHASIA ALLAH yang merupakan janji amanah diri kita kepada ALLAH semasa di ALAM RUH.
   Telah bersediakah ROHANI kita untuk menunaikan janji amanah Diri kita kepada ALLAH apabila ditanya kelak.tentang janji amanah Diri kita di dunia ini ketika memulangkan janji tersebut pada ALLAH.HADIST QUDSI : AL INSANNU SIRRI WA ANNA SIRRUHU "insan itu rahasiaku dan akulah rahasianya"
   Di ringkaskan HADIS QUDSI di atas:
INSAN = Rahasia-Ku
AKU = Rahasia Insan
RAHASIA INSAN = SifatKu
SIFATKU = AKU (ALLAH) Hakikat-Nya
INSAN = AKU (ALLAH) Seterusnya ALLAH menempatkan
INSAN = AKU (ALLAH) di dalam SIRR (RAHASIA) di dalam tubuh manusia untuk manusia Mengenal ALLAH
HADIST QUDSI: "Telah AKU (ALLAH) perbuat di dalam rongga anak Adam satu MAHLIGAI
di dalam mahligai itu adalah DADA
di dalam dada itu adalah HATI (QALBI)
di dalam Hati itu adalah FUAD (MATA HATI) di dalam Fuad itu adalah SYAGAAF (PENUTUP MATA HATI)
di dalam Syagaaf itu adalah LABBAN (NUR/ CAHAYA)
di dalam Labban itu adalah SIRR (RAHASIA) dan
di dalam SIRR itu adalah AKU (ALLAH) yakni
di dalam SIRR itu adalah tempat TAJALLI akan AKU (ALLAH) dan tempat AKU (ALLAH) menaruh RAHASIA (INSAN SIRULLAH) dan tempat Mengenal akan AKU (ALLAH)"
-Adapun HAYAT menjadi INSAN sebagai NYAWA dan RAHASIA ALLAH (INSAN SIRULLAH) yang
menghidupkan manusia juga disebut NAFAS
-Adapun QUDRAT ALLAH TA'ALA menjadi ROH sebagai urusan ALLAH
-Adapun IRADAT ALLAH TA'ALA menjadi NAFSU sebagai KEINGINAN-NYA pada INSAN -Adapun ILMU ALLAH TA'ALA menjadi AKAL sebagai FIKIR-NYA pada INSAN
-Adapun SIFAT ALLAH TA'ALA itu menjadi RUPA-NYA pada INSAN
-Adapun ASMA ALLAH TA'ALA itu menjadi NAMA-NYA pada INSAN
-Adapun AF'AL ALLAH TA'ALA itu menjadi KELAKUAN-NYA pada INSAN Inilah di katakan ROH IDHAFI menjadi RAHASIA pada INSAN ...
   INSAN BERUPAYA :
- HIDUP
- MELIHAT
- MENDENGAR
- BERKATA- KATA
- BERGERAK
- BERKELAKUAN dan sebagainya
RAHASIA MEMERINTAH HATI ..
RAHASIA MEMERINTAH TUBUH..
BERLAKU-NYA TUBUH itu berbagai- bagai KELAKUAN
Inilah HAKIKAT Sebenar-benarnya DIRI yang kita Kenal SIANG dan MALAM karena semuanya daripada NUR MUHAMMAD..

☞☞☞
  Kita Kembali mengenal RAHASIA ALLAH TA'ALA dalam DIRI :
-HIDUP-NYA KITA karena HIDUP-NYA MUHAMMAD dalam DIRI kita, HIDUP-NYA MUHAMMAD dalam DIRI kita karena HAYAT-NYA ALLAH TA'ALA
-TAHU-NYA KITA karena TAHU-NYA MUHAMMAD pada HATI kita, TAHU-NYA MUHAMMAD pada HATI kita karena ILMU-NYA ALLAH TA'ALA
-KUASA-NYA kita karena KUASA-NYA
MUHAMMAD pada TULANG kita, KUASA-NYA MUHAMMAD pada TULANG kita karena QUDRAT-NYA ALLAH TA'ALA
-BERKEHENDAK-NYA kita karena KEHENDAK-NYA MUHAMMAD pada NAFSU kita, MUHAMMAD pada NAFSU kita karena IRADAT-NYA ALLAH TA'ALA
-MENDENGAR-NYA kita karena PENDENGARAN MUHAMMAD pada TELINGA kita, MENDENGAR-NYA MUHAMMAD pada TELINGA kita karena SAMI-NYA ALLAH TA'ALA
-MELIHAT-NYA kita karena PENGLIHATAN MUHAMMAD pada MATA kita, MELIHAT-NYA MUHAMMAD pada MATA kita karena BASIR-NYA ALLAH TA'ALA
-BERKATA-NYA KITA karena MUHAMMAD pada
LIDAH kita, BERSABDA-NYA MUHAMMAD pada LIDAH kita karena KALAM-NYA ALLAH TA'ALA

☞☞☞

  MUHAMMAD adalah NUR yang TERPANCAR dari DZAT ALLAH
- NUR MUHAMMAD adalah yang Pertama diciptakan
- NUR MUHAMMAD adalah ROH dari Segala MAKHLUK, tidak ada MAKHLUK Dicipta tanpa NUR MUHAMMAD karena dengan NUR MUHAMMAD inilah ALLAH melahirkan secara NYATA SIFAT KETUHANAN-NYA dalam DIRI setiap MAKHLUK

☞☞☞

Berkatalah ARIFBILLAH : "TUBUH hanyalah BONGKAHAN TANAH yang MATI ... HIDUP karena ADA yang MENGHIDUPKAN BERGERAK karena ADA yang MENGGERAKKAN"
KITA HIDUP MENCARI HAKIKAT DIRI KITA SEBENARNYA SIAPA SEBENARNYA YANG HIDUP DALAM DIRI ... ?

HAKIKAT DIRI kita Sebenarnya ialah BONGKAHAN TANAH (JASAD) yang MATI
DIHIDUPKAN JASAD oleh ALLAH yang MENGHIDUPKAN dengan KURNIAAN ROH dari ALLAH yang TERTAKLUK kepada SIFAT QUDRAT dan QADIRUN ALLAH yakni AMAR - PERINTAH SURUHAN ALLAH yang BERKUASA SEGALA PERBUATAN MANUSIA ialah dengan KEHENDAK ALLAH yang berpandu kepada AMAR MAKRUF dan NAHI MUNGKAR tetap MANUSIA WAJIB BERUSAHA BERAMAL dengan AMAR yang MAKRUF WAJIB MEMELIHARA DIRI dari NAHI yang MUNGKAR ALLAH yang menentukan Keizinan dengan KEREDAAN-NYA untuk kehidupan manusia didunia yang dirahmati ALLAH yang sentiasa taat kepada arahan ALLAH bagi manusia yang mensyukuri segala nikmat ALLAH kepada ALLAH atau * KEIZINAN tanpa KEREDAAN ALLAH KEHIDUPAN MANUSIA di DUNIA yang * DILAKNATI ALLAH yang sentiasa DERHAKA kepada ARAHAN ALLAH HIDUP sentiasa BERGELUMANG dengan MAKSIAT bagi MANUSIA yang MENGENGKARI, KUFUR NIKMAT kepada ALLAH HAKIKAT-NYA

★ PERTEMUAN DENGAN ALLAH DI DUNIA IALAH :
- PUNCAK TERTINGGI PENCAPAIAN TUJUAN HIDUP MANUSIA di DUNIA
★ SIAPA TIDAK MENGALAMI PERTEMUAN DENGAN ALLAH DI DUNIA★ yakni
✔  MATI SEBELUM MATI  ✔ yakni RAHASIA di dalam DIRI akan BUTA pula di AKHIRAT bahkan Jauh lebih TERSESAT ... bersesuaian dengan FIRMAN ALLAH:
  "BARANG SIAPA YANG HIDUPNYA SEKARANG INI (DI DUNIA) BUTA (MATA HATINYA TIDAK MENGETAHUI KEBERADAAN DIRI TUHANNYA YANG DEKAT SEKALI DAN WAJIB WUJUD ALLAH) MAKA KELAK DI AKHIRAT JUGA AKAN LEBIH BUTA DAN SESAT JALANNYA"
(Al- Isra: 72)

WALLAHU A'LAM

Baca Selengkapnya →
Kamis, 09 Februari 2017

Awal Penciptaan Bismillah

0 komentar

  Sebutir debu serta kesekejapan hidup diubah melalui tradisi menjadi sebuah bintang di cakrawala, yang diberkahi dengan kemapanan dan merefieksikan keabadian Tuhan. Menurut doktrin tradisional, realitas batin alam semesta mengungkapkan dirinya melalui mata batin atau penglihatan intelektual, “karena mata batin merupakan alat persepsi yang berdasarkan keselarasan, sekalipun diatas bidang korporeal”. Dalam makrokosmos, keselarasan alam semesta terwujud pada taraf realitas yang lebih tinggi dan menjadi suram serta semakin samar dalam tingkat kosmos yang semakin rendah, karena jauh sebelum Tuhan menciptakan manusia pertama, yakni Adam As (Abul Basyar) Tuhan yang Maha Agung lebih dulu menciptakan suatu alam yang disebut “Alam Jabbarut Malaakut”, dan dihuni oleh para malaikat-malaikat Allah yang tak terbilang banyaknya. Sebagian dari kelompok para Malaikat-Malaikat Allah tersebut adalah kelompok Malaikat Muqarrabin, Malaikat Kurubiyyin, Malaikat Kiraman Katibin, Malaikat Arsyi, Malaikat Hafadzah dan Malaikat Aran Jabaniyyah, Malaikat Arsyi. Dan masih banyak lagi golongan Malaikat-malaikat lainnya yang tidak dapat disebutkan disini.
   Para malaikat-malaikat ini masing-masingnya mempunyai sayap, yang sayapnya saja secara langsung melambangkan “Hakikat realitas penerbangan dan pendakian melawan seluruh hal yang merendahkan derajat serta menurunkan kekuatan atas dunia ini, yang akhirnya mengantar pada kebebasan dari kungkungan duniawi yang serba terbatas”. Seperti tersebut didalam Firman-Nya : “ Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu”. (Q.S. 35 : 1).
  Menurut doktrin tradisional, “Alam Jabbarut Malakut” terdiri dari tujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” yang pada puncaknya terdapat singgasana Tuhan (Al-Arsy). Tuhan yang menciptakan singgasana (Al-Arsy) dari jambrud hijau dan keempat tiangnya terbuat dari batu merah delima, yang dibawa oleh delapan Malaikatul Arsy, yang selalu bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya. Ketujuh lembah “Qaf” itu sendiri, adalah Lembah Thalab (pencarian), Lembah Isyq (cinta), Lembah Istighna (kepuasan), Lembah Hayrat (kekaguman), Lembah Faqr (kemiskinan), Lembah Ma’rifah (gnosis), dan Lembah Fana (lebur). Dimasing-masing ketujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” ini terdapat (tersimpan) tujuh buah huruf Al-Hijaiyyah, yakni huruf-huruf yang ada pada kalimah suci “Bismillah”. Pegunungan kosmik “Qaf" merupakan pesona spiritual dari keindahan dan keAgungan Tuhan, yang selalu menjadi pintu gerbang untuk masuk kedalam lautan rahasia Tuhan, yang dimulai dengan kerinduan kepada-Nya, dan bergerak secara perlahan menuju penyingkapan “hakikat Bismillah” yang suci dan mensucikan, dan akhirnya mencapai peleburan (Fana) dengan melintasi horizon esoterisme “Qaf” yang sangat luas dan tanpa batas. “Qaf, demi Al-Qur’an yang sangat mulia” (Q.S. : 50 : 1) Ekspresi universal kehidupan “Alam Jabbarut Malaakut” dan jalan inisiatik, dimungkinkan oleh tingginya
tingkatan spiritual (maqam) yang sekaligus menjadi awal cikal bakal penciptaan langit dan bumi yang pada waktu itu (di alam jabbarut malakut), langit masih berupa asap, asap yang keluar dari ketujuh lembah “Qaf”, kemudian Allah satukan dan dari asap tersebut dijadikannya tujuh lapis langit. Seperti tersebut dalam firman-Nya: “ Yang menciptakan tujuh lapis langit“ (Q.S. : 67 : 3). Dan firman-Nya lagi : “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit yang kala itu masih berupa asap” (Q.S. : 41 : 11). Setelah tujuh lapis langit terbentuk, kemudian Allah Swt menciptakan tujuh lapis bumi yang diambil dari pegunungan kosmik “Qaf” pula. “ Allah-lah yang mnciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (Q.S. : 65 : 12) Catatan : Pengertian mengenai penciptaan langit dan bumi ini adalah “langit akhirat dan bumi akhirat”, karena setelah penciptaan langit dan bumi akhirat ini, Allah Swt menciptakan tujuh surga dan tujuh neraka, barulah langit dan bumi dunia Allah ciptakan dalam masa yang pada saat itu bumi masih dalam
keadaan gelap gulita. Seperti yang Allah Swt firmankan didalam Al-Qur’an : “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan
bumi, dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa kelelahan “ (Q.S. : 50 : 38)
Tuhan Yang Maha Esa menciptakan dunia setelah DIA (Allah) menciptakan surga dan neraka berikut wildan dan bidadari. Dunia saat itu masih dalam keadaan gelap gulita, dan setelah Nabi Adam As dan Siti Hawa terusir dari surga, kemudian turun ke dunia, barulah Allah Swt menciptakan cahaya yang menerangi dunia (matahari-bulan-dan bintang), walau sebenarnya penciptaan cahaya (cahaya Muhammad) ini lebih dulu dari pada penciptaan Alam Jabbarut Malaakut, yakni “Nur Muhammad” Tuhan adalah “cahaya langit dan bumi”. Demikian penegasan Al-Qur’an yang kemudian dimensi kosmogonis dan kosmologisnya diperkuat oleh Rasul Saw. Dengan sabdanya : “Yang pertamakali diciptakan oleh Tuhan adalah cahaya”. “Cahaya bagaikan kutub-kutub spiritual yang menyala, laksana norma dan teladan-teladan yang hidup dan menjadi perhatian para pencari kebenaran dimana dan kapanpun yang sekaligus merupakan realitas surgawi dibalik bentuk keduniawian”.
   “Hakikat Bismillah adalah gema panggilan Tuhan kepada manusia untuk kembali ke sumber spiritualnya“ (Faridhal Attros Al’Kindhy) ☞☞☞

Baca Selengkapnya →
Rabu, 08 Februari 2017

Hakikat Bismillah ②

0 komentar

   Huruf “Alif” didalam kalimat “Bismillah” dengan vertikalitasnya melambangkan kekuatan Tuhan dan prinsip transenden yang darinya segala sesuatu itu berasal, sedangkan dua huruf “Lam” dalam bentuk kail (mata kail), yang melambangkan suatu peringatan agar hamba Allah berhati-hati dalam pancingan Iblis atau setan dan sekaligus merupakan pengejawantahan yang dapat dilihat dari firman ilahi, untuk membantu kaum muslim menembus kedalam dan ditembusi oleh kehadiran ilahi yang sesuai dengan kapasitas spiritual setiap orang Islam Hal ini pernah disinggung dalam salah satu Hadits Rasul Saw, yang menyebutkan, bahwa “Barang siapa yang melakukan sesuatu pekerjaan dengan tanpa diawali “Bismillah”, maka tidak akan ada keberkahan didalam pekerjaannya itu”. Karena didalam makan dan minumnya manusia, Iblis akan turut andil didalamnya, jika tidak diawali dengan ucapan “Bismillah”. Sedangkan mengenai huruf “Ha” (Ha, marbutoh), yang melambangkan realitas lingkaran kosmos sebagai wahyu primordial Tuhan yang merupakan hasil dari pengejawantahan keEsaan pada bidang keanekaragaman. Keempat buah huruf suci ini merefieksikan kandungan prinsip keEsaan ilahi,
kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada Yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk, sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an: Yaa Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia”
   Keempat huruf ini jika digabungkan menjadi kalimat “Allah”. Itulah alasan mengapa “Alif" menjadi sumber abjad dan huruf pertama dari nama “Tuhan Yang Maha Kekal” ini, Allah, yang bentuk visualnya benar-benar menyampaikan seluruh doktrin metafisik Islam mengenai alam realitas. Karena dalam bentuk tulisan dari nama “Allah” dalam bahasa Arab, kita melihat dengan jelas suatu garis horizontal, yakni gerak penulisannya, kemudian garis tegak lurus dari “Alif” dan “Lam” semacam garis melingkar, yang secara simbolis dapat disamakan dengan suatu lingkaran “Tauhid” yang mengelilingi jiwa orang Islam, “ dan sekaligus merupakan suatu teofani dan refieksi dari ketakterbatasan kekayaan khazanah Tuhan yang tercipta setiap saat tanpa pernah kehabisan kemungkinan-kemungkinannya”. Hal ini pula yang menegaskan peran kitab suci Al-Qur’an sebagai petunjuk (Al-Huda), jalan menuju Tuhan. “Al’Qur’an bagaikan sepercik cahaya yang menyinari kegelapan eksistensi manusia di dunia ini”. Misteri Zat yang menyatakan identitas, yang sekaligus merupakan sifat Tuhan yang mutlak dan juga transendensi, mencakup seluruh aspek ketuhanan yang mungkin termasuk dunia dengan pembiasan pembiasan dari-Nya yang mengindividualisasi tak terkira banyaknya. Maka dari itu orang yang mencintai Tuhan akan selalu “mengosongkan hatinya dari segala sesuatu selain-Nya” (ini terapi yang sangat ampuh untuk mencapai puncak kekhusyuan didalam shalat); karena “ Alif Lam Lam Ha” akan menyerbu hatinya dan tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk sesuatu yang lain, karena seseorang hanya perlu mengetahui dan menyelami hakikat “Bismillah” ini untuk mengetahui semua yang dapat diketahui.
  Nama “Allah” adalah kunci khazanah misteri Tuhan dan pintu gerbang menuju Yang Gaib dan Yang Nyata. Itulah realitas yang berdasarkan identitas esensial Tuhan dan kesucian nama-Nya. Itulah alasan mengapa para Ahlul Hukama selalu merenungi dan menyebutkan bahwa ; “Huruf-huruf didalam “Bismillah” turun dari dunia spiritual ke dunia fisikal dan memiliki substansi spiritual batin ketika mengenakan selubung dunia gaib yang mampu menembus kedalam makna batinnya, dan dapat merenungkan simbol prinsip prinsip realitas maupun pedoman yang terwujud” Sebenarnya seluruh manifestasi berasal dari ketujuh huruf ini (Ba Sin Mim Alif Lam Lam Ha), karena bagaimana mungkin Yang “Esa” melambangkan sesuatu yang lain dari huruf-huruf yang akan mengakui keEsaan-Nya, apalagi penggabungan dari ketujuh huruf-huruf ini jika berbentuk huruf Arab yang memanjang dari kanan ke kiri, akan merupakan lambang penerimaan prinsip material dan pasif, dalam arti kata “ketaqwaan mutlak” serta dimensi keindahan yang menyempurnakan ke-Agungan diri-Nya, dan sekaligus melambangkan pusat teragung yang dari-Nya segala sesuatu itu berasal dan kemana segala sesuatu itu kembali. “Manusia harus percaya kepada yang suci dan terlibat didalamnya, kalau tidak, maka Yang Suci akan menyembunyikan dirinya dibelakang selubung yang tidak dapat diraba dan dilalui, yang pada hakikatnya adalah, selubung jiwa rendah manusia“.
   Kesucian “Bismillah” mampu menciptakan sesuatu yang bersifat spiritual sekaligus sensual, menyingkap keindahan dunia ini beserta sifat fananya, dan menjelma dalam bentuk alam transendental yang indah melalui teofani Tuhan, karena hakikat Bismillah masih suci dan dicari oleh sebagian masyarakat Islam, dan menjadi nilai universal bagi seluruh dunia pada saat kebodohan mengancam untuk mencekik “spirit Bismillah” itu sendiri. ☞☞☞

Baca Selengkapnya →
Senin, 06 Februari 2017

Hakikat Bismillah ①

0 komentar

  Penjelmaan duniawi dari pola dasar ilahi, yang disebut didalam Al-Qur’an dengan penulisan pena dan tempat tinta, memiliki suatu pokok signifikasi spiritual. Dapat dikatakan, bahwa Al-Qur’an merupakan suara dari firman Tuhan yang diembuskan ke hati Nabi dan kemudian kepada para sahabat dan generasi￾generasi selanjutnya.
   Sayyidina Ali Karamallahu Wadz’hahu mengatakan : “ Bahwa seluruh Al-Qur’an itu terkandung didalam surat Al-Fatihah”, sedangkan surat Al-Fatihah itu sendiri terkandung di dalam Bismillah (bismallah). Karena adanya suatu kehadiran ilahi dalam teks Al-Qur’an , yakni Bismillah (Basmallah), maka kalimat Bismillah inipun merupakan pengejawantahan yang dapat dilihat dari firman ilahi itu, untuk membantu
kaum muslim menembus kedalam dan ditembusi oleh kehadiran ilahi yang sesuai dengan kapasitas spiritual setiap orang Islam. Bismillah membantu manusia untuk menembus selubung eksistensi material, sehingga memperoleh jalan masuk ke barakah yang terletak didalam firman ilahi dan untuk mengenyam hakikat alam spiritual, karena Bismillah itupun adalah suatu pengejawantahan visual dari kristalisasi realitas-realitas spiritual (Al-Haqa’iq) yang terkandung didalam wahyu Islam pertama : “Iqraa bismirabbikaal ladzii khalaq” : Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S. : 96 : 1)
   Kalimat “Bismillah” merupakan hasil dari pengejawantahan ke-Esaan pada bidang keanekaragaman. Kalimat suci ini merefieksikan kandungan prinsip keEsaan ilahi, kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada Yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk, sebagaimana di firrmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an: “Yaa Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia” (Q.S. 3 : 191) Allah Swt menurunkan kalimat suci “Bismillah” dalam wujud fisik (yang tersurat) pada sebuah kitab suci Al-Qur’anul Kariim yang secara langsung dapat dipahami oleh pikiran yang sehat. Karena kalimat suci “Bismillah” itu sendiri, memiliki realitas-realitas dasar dan perbuatan-perbuatan sebagai tangga bagi pendakian jiwa dari tingkat yang dapat dilihat dan di dengar menuju ke Yang Gaib, yang juga merupakan keheningan diatas setiap bunyi. Wujud fisik (Bismillah) inipun didasarkan pada ilmu pengetahuan tentang dunia batin yang tidak hanya berkaitan dengan penampakan lahir semata, tetapi juga dengan
realitas-realitas batin “Bismillah” itu sendiri (yang tersirat) Bismillah diilhami oleh spiritualitas Islam secara langsung yang diwahyukan oleh Allah Swt kepada Nabi, sedangkan wujudnya tentu saja dibentuk oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerima wahyu Al-Qur’an, yaitu : “Qalbu” (hati), yang nilai-nilai positifnya di universalkan Islam. Bentuk wahyu Islam yang pertama ini (Bismillah) tidaklah mengurangi kebenaran, bahwa sumber religius dari “Bismillah” ini berasal dari kandungan batin dan dimensi spiritual Islam pula.
   Hanya bagi orang yang mampu melihat relitas-realitas tersebut ataupun orang yang telah dilatih untuk memperoleh penglihatan “Al’Bashirah” (penglihatan batin) atas sesuatu yang tersembunyi dibalik rahasia “Bismillah”, dan dikarenakan “Bismillah” ini merupakan pula pesan dari ruang inti perbendaharaan yang gaib (khaza’in al-ghoybi), maka siapapun yang menerima pesan kalimat suci ini didalam hatinya ia seakan menikmati alunan nyanyian alam rahim yang membawa jiwanya sebelum episode perjalanan duniawinya yang singkat. Agama Islam tidak berdasarkan ketegangan dramatis antara langit dan bumi, atau pengorbanan heroik dan penyelamatan melalui campur tangan Tuhan, akan tetapi Agama Islam bertindak untuk mengembalikan kesadaran manusia, bahwa alam semesta adalah kalam ilahi dan pelengkap ayat-ayat suci tertulis yang diwahyukan dalam bahasa Arab.
   Kesadaran ini diperkuat dengan tata cara “shalat” yang secara naluriah mengembalikan manusia pada keadaan primordialnya dengan menjadikan seluruh alam sebagai tempat ibadah. Begitu pula halnya kalimat “Bismillah” yang terucap saat bersujud menyentuh bumi (shalat), adalah ; untuk mengembalikan manusia ke kesucian primordial (al-fithrah) saat Yang Maha Esa menghadirkan dirinya secara langsung didalam hati manusia dan “mengumandangkan sebuah simfoni abadi dalam keselarasan yang ada pada alam yang suci”. Kalimat suci “Bismillah” yang terucap saat berdzikir, berarti sang pendzikir telah kembali kepusat alam, bukan secara eksternal melainkan melalui hubungan batin yang menghubungkan dirinya dengan prinsip￾prinsip dan irama-irama alam primordial yang sakral dan teramat luas sekaligus merupakan suatu perumpamaan dialog suci antara seorang Hamba dengan Khaliqnya, yang menenangkan dan sekaligus mensucikan jiwanya, begitupun “Bismillah” yang terucap disaat manusia hendak melakukan suatu pekerjaan-pekerjaan yang halal, maka kesadaran dirinya akan terbangkit dari keterlenaan, dalam dirinya
melalui kesadaran akan realitas Yang Maha Esa. “Sebuah kesadaran yang sesungguhnya merupakan substansi dari manusia primordial dan sebab terbentuknya eksistensi manusia “.
Hati serta jiwa seluruh muslim disegarkan oleh “keagungan, keselarasan dan kesucian” kalimat “Bismillah” dalam pada bentuk-bentuk huruf Al-Hijaiyyah yang terdiri dari tujuh huruf (Ba Sin Mim Alif Lam Lam Ha), yang mengelilingi kaum muslim yang hidup didalam masyarakat Islam tradisional dan yang mengungkapkan keindahannya pada setiap lembaran-lembaran suci Al-Qur’an. Oleh karenanya “Bismillah” sebagai induk suci Islam yang merupakan karunia dari “Haqiqah” yang terletak dalam hati wahyu Islam.
   Kalimat suci ini akan tetap demikian bagi seluruh muslim, tak peduli apakah diri mereka sadar akan
haqiqah ataukah mereka yang sudah puas dengan bentuk-bentuk luarnya saja (kalimat Bismillah yang tersurat). Bagi mereka yang mengikuti jalan menuju “haqiqah”, kalimat suci ini merupakan pembantu pertama yang sangat diutamakan untuk merenungkan ke-Esaan Ilahi Rabbi, karena huruf “Ba” yang dilambangkan oleh titik pengenal kesucian horizontal “Sin” dengan wujud lengkungan vertikal yang menghadap langit
dan “Mim” yang berporos pada suatu tiang kepasrahan. Tiga huruf-huruf suci ini secara keseluruhan melambangkan eksistensi universal untuk menuntun manusia dalam pembauran kualitas, kekuatan, dan aliran berbagai elemen agar setiap muslim mengingatkan ajaran Tuhan, yaitu dalam bentuk alam semesta, yang benar-benar muslim atau tunduk kepada kehendak Tuhan dengan mematuhi sifat dan hukum alamnya sendiri-sendiri. Kesucian “Bismillah” membantu manusia untuk menembus selubung eksistensi material sehingga memperoleh jalan masuk ke “Barakah” yang terletak didalam firman illahi dan untuk mengenyam suatu “rasa”, bahwa setiap jiwa akan mengenyam sesuai dengan kapasitas, keterbatasan, dan keabadiannya.

Baca Selengkapnya →

Bismillah dan hakikat

0 komentar

   Dalam suatu hadits Nabi saw. Beliau bersabda, Setiap kandungan dalam seluruh kitab-kitab Allah diturunkan, semuanya ada di dalam Al Quran. Dan seluruh kandungan Al Quran ada di datam Al Fatihah.Dan semua yang ada dalam Al Fatihah ada di dalam Bismillah hirrahmaan nirrahiim.
   Bahkan disebutkan dalam hadits lain, setiap kandungan yang ada dalam Bismillah hirrahmaan nirrahiimada di dalam huruf Baa, dan setiap yang terkandu ng di dalam Baa ada di dalam titik yang berada dibawah Baa.Sebagian para Ari�n menegaskan, Dalam perspektif orang yang makrifat kepada Allah, Bismillaahhirrahmaan nirrahim itu kedudukannya sama dengan kun dari Allah. Perlu diketahui bahwa pembahasan mengenai Bismillah hirrahmaan nirrahiim banyak ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahwu dan sharaf) atau pun segi bahasa (etimologis), disamping tinjuan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka Al Qur’an, kristalisasi dan spesi�kasi huruf huruf yang ada dalam huruf Baa, manfaat dan rahasianya. Tujuan kami bukan mengupas semua itu, tetapi lebih pada esensi atau hakikat makna terdalam yang relevan dengan segala hal di sisi Allah swt, Pembahasannya akan saling berkaitan antara satu sama lainnya, karena seluruh tujuannya adalah Ma’rifat kepada Allah swt. Kami memang berada di gerbangNya, dan setiap ada limpahan baru di dalam jiwa maka ar-Ruhul Amin turun di dalam kalbunya kertas. Ketahuilah bahwa Titik yang berada dibawah huruf Baa’ adalah awal mula setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala. Sebab huruf itu sendiri tersusun darititik, dan sudah semestinya setiap Surat ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itu menjadi keniscayaan bahwa titik itu sendiri adalah awal dan pada setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala.
    Kerangka hubungan antara huruf Baa dengan Tititknya secara komprehensif akan dijelaskan berikut nanti. Bahwa Baa dalam setiap surat itu sendiri sebagai keharusan adanya dalam Basmalah bagi setiap surat, bahkan di dalam surat Al-Baqarah. Huruf Baa itu sendiri mengawali ayat dalam surat tersebut. Karena itu dalam konteks inilah setiap surat dalam Al-Qur’an mesti diawali dengan Baa sebagaimana dalam hadits di atas, bahwa seluruh kandungan Al-Qur’an itu ada dalam surah Al-Fatihah, tersimpul lagi di dalam Basmalah, dan tersimpul lagi dalam Huruf Baa, akhirnya pada titik. Hal yang sama , Allah SWT dengan seluruh yang ada secara paripurna sama sekali tidak terbagi-bagi dan terpisah-pisah. Titik sendiri merupakan syarat syarat dzat Allah Ta’ala yang tersembunyi dibalik
khasanahnya ketika dalam penampakkan-Nya terhadap mahlukNya. Amboi, titik itu tidak tampak dan tidak Layak lagi bagi anda untuk dibaca selamanya mengingat kediaman dan kesuciannya dari segala batasan, dari satu makhraj ke makhraj lainya. Sebab ia adalah jiwa dari seluruh huruf yang keluar dari seluruh tempat keluarnya huruf. Maka,camkanlah, dengan adanya batin dari Ghaibnya sifat Ahadiyah. Misalnya anda membaca titik menurut persekutuan, seperti huruf Taa’ dengan dua tik, lalu Anda menambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’, maka yang Anda baca tidak lain kecuali Titik itu sendiri. Sebab Taa’ bertitik dua, dan Tsaa’ bertitik tiga tidak terbaca,karena bentuknya satu, yang tidak terbaca kecuali titiknya belaka. Seandainya Anda membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing
berbeda dengan lainnya. Karena itu dengan titik itulah masing-masing dibedakan, sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja. Hal yang sama dalam perspektif makhluk, bahwa makhluk itu tidak dikenal kecuali Allah.
Bahwa Anda mengenal-Nya dari makhluk sesungguhnya Anda mengenal-Nya dari Allah swt. Hanya saja Titik pada sebagian huruf lebih jelas satu sama lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya untuk menyempurnakannya, seperti dalam huruf-huruf yang bertitik, kelengkapannya pada ttik tersebut. Ada sebagian yang tampak pada kenyataannya seperti huruf Alif dan huruf-huruf tanpa Titik. Karena huruf tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif lebih mulia dibanding Baa’,karena Titiknya justru menampakkan diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa’ itu sendiri tidak tampak (Titik berdiri sendiri). Titik di dalam huruf Baa’ tidak akan tampak, kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena Titik suatu huruf Merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut. Sementara penyatuan itu sendiri mengindikasikan adanya faktor lain, yaitu faktor yang memisahkan antara huruf dengan titiknya.
   Huruf Alif itu sendiri posisinya menempati posisi tunggal dengan sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Anda bisa mengatakan bahwa Baa’ itu adalah Alif yang di datarkan Sedang Jiim, misalnya, adalah Alif dibengkokkan’ dua ujungnya. Daal adalah Alif yang yang ditekuk tengahnya. Sedangkan Alif dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap huruf ibarat Masing masing huruf tersusun dari Titik. Sementara Titik bagi setiap huruf ibarat Neucleus yang terhamparan. Huruf itu sendiri seperti tubuh yang terstruktur. Kedudukan Alif dengan kerangkanya seperti kedudukan Titik. Lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif sebagimana kita sebutkan, bahwa Baa’ adalah Alif yang terdatarkan. Demikian pula Hakikat Muhammadiyyah merupakan inti dimana seluruh jagad raya ini diciptakan dari
Hakikat Muhammadiyah itu. Sebagaimana hadits riwayat Jabir, yang intinya Allah swt menciptakan Ruh Nabi saw dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari Ruh Muhammad saw. Sedangkan Muhammad saw. adalah Sifat Dzahirnya Allah dalam makhluk melalui Nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah. Anda masih ingat ketika Nabi saw. diisra’kan dengan jasadnya ke Arasy yang merupakan Singgasana Ar-Rahman. Sedangkan huruf Alif, —walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik sepadan dengannya, dan Alif merupakan manifestasi Titik yang tampak di dalamnya dengan substansinya — Alif memiliki nilai tambah dibanding yang lain. Sebab yang tertera setelah Titik tidak lain kecuali berada satu derajat. Karena dua Titik manakala disusun dua bentuk alif, maka Alif menjadi sesuatu yang memanjang. Karena dimensi itu terdiri dari tiga: Panjang, Lebar dan Kedalaman. Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif,seperti huruf Jiim. Pada kepala huruf Jiim ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga memanjang, tengahnya juga memanjang. Pada huruf Kaaf misalnya, ujungnya memanjang, tengahnya juga memanjang namun pada pangkalnya yang pertama lebar. Masing-masing ada tiga dimensi. Setiap huruf selain Alif memiliki dua atau tiga jangkauan yang
membentang. Sementara Alif sendiri lebih mendekati titik. Sedangkan titik , tidak punya bentangan.
  Hubungan Alif diantara huruf-huruf yang Tidak bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi dan para pewarisnya yang paripurna. Karenanya Alif mendahului semua huruf. Diantara huruf-huruf itu ada yang punya Titik di atasnya, ada pula yang punya Titik dibawahnya,Yang pertama (titik di atas) menempatip osisi “Aku tidak melihat sesuatu sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana”. Diantara huruf itu ada yang mempunyai Titik di tengah, seperti Titik putih dalam lobang Huruf Mim dan Wawu serta sejenisnya, maka posisinya pada tahap, ”Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah
didalamnya.” Karenanya titik itu berlobang, sebab dalam lobang itu tampak sesuatu selain titik itu sendiri Lingkaran kepada kepala Miim menempati tahap, “Aku tidak melihat sesuatu” sementara Titik putih menemptai “Kecuali aku melihat Allah di dalamnya.” Alif menempati posisi “Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah.” Kalimat “sesungguhnya” menempati posisi arti “Tidak”, dengan uraian “Sesungguhnya orang-orang berbaiat” kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah.” Dimaklumi bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu dia bersyahadat kepada bersyahadat kepada Allah pada dirinya sendiri, sesungguhnya tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah. Artinya, kamu sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw. tetapi hakikat-nya berbaiat kepada Allah swt. Itulah arti sebenarnya dari Khilafah tersebut.

(disarikan dari tafsir Al-Qur’an karya lbnu ‘Araby)�

Baca Selengkapnya →
KENZIA & KENZIE. Diberdayakan oleh Blogger.